Google terkenal sebagai tempat dengan budaya kerja terbaik dunia. Ini 7 budaya para leader di Google yang perlu kamu tiru dan terapkan di tempat kerja.
Bekerja di Google menjadi impian banyak anak muda Indonesia, dan hal ini sangat wajar. Faktanya, Majalah Fortune menempatkan Google sebagai peringkat 1 dalam kategori “Best Place to Work For”. Bahkan, berfoto dengan latar belakang Kantor Pusat Google di Mountain View, California yang dikenal dengan nama Googleplex, mampu memunculkan kebanggaan tersendiri bagi siapa pun. Semua itu tidak lepas dari budaya kerja dan kepemimpinan para leader di Google yang sangat kuat dan inspiratif.
Bagi para pemimpin perusahaan, menjadikan tempat kerja yang bisa menimbulkan kebanggaan dan kebahagiaan bagi para karyawan seperti Google tentu menjadi target utama. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi para leader untuk mengadopsi kultur budaya kerja yang membuat para karyawan merasa nyaman dan termotivasi. Berkaitan dengan budaya para leader di Google, ada 7 aspek penting yang perlu kamu ketahui dan bahkan bisa kamu terapkan dalam organisasi atau perusahaanmu sendiri. Ini sangat relevan, terutama jika kamu sedang mencari Alternatif Trello atau Project Management Tools Indonesia yang dapat membantu dalam Manajemen Proyek Gratis secara efektif.
1. Think Bigger
Budaya para leader di Google yang paling mencolok adalah pola pikir yang ambisius dan selalu ingin berkembang. Founder Google, Larry Page, kerap memperlihatkan dorongan kuat kepada para karyawan untuk melakukan effort lebih. Bagi Larry, berpikir besar saja tidak cukup; kamu harus think bigger, atau berpikir jauh lebih besar dan meraih pencapaian yang lebih tinggi dari biasanya.
Mantan pegawai Google, Dennis Woodside, pernah mengungkapkan bagaimana Larry mendorong karyawan untuk selalu berpikir besar. Dalam sebuah kesempatan, Woodside memberi gambaran pentingnya Google hadir di 20 negara saja, namun Larry merespons bahwa Google sebenarnya sudah digunakan di lebih dari 190 negara di seluruh dunia. Ini menegaskan bagaimana standar dan target di Google selalu dibuat melampaui batas biasa.
Upaya Larry dalam mendorong bawahannya untuk think bigger bukan sekadar jargon kosong. Dia juga memberi dukungan penuh agar target besar tersebut bisa tercapai. Google menyediakan akses sumber daya manusia (SDM) serta dana yang seolah tidak terbatas, sehingga para leader dan karyawan dapat terus berinovasi dan berekspansi tanpa batasan yang berarti.
2. Buat Karyawan Bisa Kerja Nyaman
Buku How Google Works yang ditulis oleh Eric Schmidt dan Jonathan Rosenberg menjelaskan bahwa kunci kepemimpinan di Google adalah memberikan rasa nyaman bagi para karyawan. Eric Schmidt, yang pernah menjabat sebagai CEO Google, mengungkapkan bahwa Google berupaya keras dalam merekrut talenta terbaik dari berbagai negara dan latar belakang. Namun, menarik talenta terbaik saja tidak cukup.
Google juga melakukan berbagai upaya agar para karyawan bertalenta tersebut merasa nyaman sehingga tidak mudah resign dan pindah ke perusahaan lain. Oleh karena itu, para leader di Google menyediakan banyak fasilitas menarik dan lingkungan kerja yang bebas dipakai oleh karyawan kapan saja, seperti ruang santai, makanan gratis, gym, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya yang mendukung kesejahteraan mental dan fisik karyawan.
Memberikan kenyamanan seperti ini menjadi kunci agar produktivitas dan kreativitas karyawan tetap tinggi. Ini adalah hal yang juga bisa diterapkan dalam berbagai project management tools Indonesia modern yang ingin menghadirkan solusi manajemen proyek yang tak hanya fungsional tapi juga membuat tim merasa terlibat dan termotivasi secara emosional.
3. Lakukan Komunikasi yang Efektif
Leader Google seperti Larry Page dan Eric Schmidt dikenal memiliki kemampuan storytelling yang luar biasa. Mereka mampu menjelaskan hal-hal kompleks dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua karyawan. Salah satu teknik yang sering mereka gunakan adalah memakai istilah-istilah bombastis dan penuh motivasi yang membuat komunikasi lebih hidup dan menanamkan semangat.
Beberapa contoh kata bombastis dari Google adalah “moonshot” yang berarti mengambil tantangan ambisius yang tampaknya mustahil, dan “10Xer” yang merujuk pada karyawan yang hasil kerjanya sepuluh kali lipat lebih baik dari rata-rata. Penggunaan istilah-istilah seperti ini membantu para leader untuk lebih mudah menghubungkan visi dan misi perusahaan dengan tujuan pribadi karyawan.
Dalam konteks manajemen proyek gratis dan penggunaan alternatif Trello, komunikasi efektif adalah kunci keberhasilan kolaborasi tim. Tools yang baik harus memungkinkan pertukaran ide yang jelas dan transparan supaya semua anggota tim berada pada frekuensi yang sama dan menghindari miskomunikasi.
4. Selesaikan Problem Besar Terlebih Dulu
Budaya para leader di Google berikutnya adalah memprioritaskan penyelesaian masalah besar terlebih dahulu. Pendiri Google, Sergey Brin, pernah mengatakan, “Menyelesaikan problem besar itu lebih mudah dibandingkan masalah kecil.” Ini mungkin terdengar paradoks, tapi kenyataannya menyelesaikan tantangan besar membutuhkan fokus dan sumber daya yang lebih besar sehingga hasilnya pun berdampak signifikan.
Prinsip ini juga dipegang oleh Eric Schmidt. Di Google, Schmidt selalu mendorong timnya untuk memilih tantangan yang paling berat dan berani menyelesaikannya terlebih dahulu. Pendekatan ini membuat Google selalu berada di depan kompetitor dan menjadi perusahaan yang kompetitif dan inovatif.
Dalam konteks pemilihan project management tools Indonesia, prioritaskan fitur dan tools yang mampu membantu kamu mengatasi masalah besar dalam pengelolaan proyek, seperti koordinasi tim, pelacakan deadline, dan pengelolaan sumber daya. Ini akan mengoptimalkan kerja tim dan membuat proyek berjalan lebih efisien tanpa hambatan yang berarti.
5. Mendorong Diskusi
Eric Schmidt dikenal sebagai leader yang sangat terbuka terhadap kritik dan diskusi. Saat memimpin Google, dia tidak tersinggung jika ada karyawan yang berusaha mendebatnya secara konstruktif. Malah sebaliknya, Schmidt sangat menyukai diskusi yang berlangsung sengit dan sehat di antara para karyawan karena ia percaya diskusi seperti ini adalah kunci untuk mendapatkan keputusan terbaik.
Namun, ada satu catatan penting yang harus diingat para leader dan anggota tim. Adu argumentasi saat rapat harus dilakukan secara profesional dan tidak sampai membuat hubungan personal menjadi buruk. Semua pihak perlu menyingkirkan ego dan rasa merasa paling benar agar diskusi tetap produktif dan menyenangkan.
Kultur diskusi terbuka seperti ini dapat diaplikasikan dalam fitur chat, forum, dan kolaborasi real-time di berbagai tools manajemen proyek. Dengan komunikasi yang terbuka dan menghargai perbedaan pendapat, sebuah tim bisa berkembang menjadi lebih solid dan kreatif.
Nah, itulah informasi keren dari Cicle terkait budaya para leader di Google yang bisa kamu tiru dan terapkan di perusahaan atau tim kamu. Dengan menerapkan budaya kerja yang tepat, bukan tidak mungkin bisnis kamu juga bisa berkembang besar seperti Google. Jika kamu mencari solusi Alternatif Trello yang cocok untuk pasar Indonesia, jangan lupa coba gunakan Cicle, Project Management Tools Indonesia yang menyediakan fitur lengkap dan manajemen proyek gratis yang mudah digunakan oleh tim kamu. Yuk, tingkatkan produktivitas kerja tim dengan tools yang tepat sekarang juga!